
Lafaz dzikir yang selalu terucap di bibirnya, mukena
menjadi teman hangatnya. Meskipun tangannya sudah berbuyut, namun tak lupa
untuk menghitung banyaknya lafadz dzikir yang terucap. Kaki yang mulai sulit
untuk memakai sandal, namun masih kuat untuk menopang tubuhnya. Meskipun pelan,
namun istiqomah yang utama. Penglihatan nenek itu pun masih bisa melihat apa
yang didepannya tanpa memakai alat bantu kacamata. Meskipun membukuk dalam
berjalan, namun masih dapat berjalan terarah menuju tujuan.
Jarang melihat nenek yang sudah beurumur setua
itu di dunia ini yang masih semangat untuk menjalankan kewajibannya, walaupun ada pun
masih dapat dihitung dengan jari.
Sepintas membayangkan cerita diatas benak kita
akan berkata “Nenek yang sudah tua renta begitu aja masih semangat Sholat,
bagaimana dengan kita..?” Kita sebagai generasi penerus bangsa, generasi
penerus orang tua, apakah kita hanya bisa melihat, mendengar, bermain, tanpa
menjalankan kewajiban. Akankah kita hanya menikmati hasil perjuanagn nenek moyang kita yang melawan reaksi penyebaran agama paus, dan memperjuangkan kemerdekaan. Tentunya tidak ada pada diri kita. Kita sebagai pemuda Karangjambe harus selalu di jalan kebenaran. Menjauh dari perbuatan Mubadir yang tak ada manfaatnya. Pada jaman yang sudah serba sibuk, serba
modern, serba canggih. Banyak orang yang melalaikan kewajibannya. Orang sekarang
lebih cenderung mencari hal duniawi ketimbang akhiratnya. Bagaimana masa depan
kita, masa depan lingkungan hidup kita, akankah mushola-mushola, masjid-masjid menjadi sepi,
pengajian-pengajian menjadi tontonan. Kita tidak berharap seperti itu.
KITA HARUS
LEBIH DEKAT DENGAN ALLOH Subhanahu Wata’ala.
Semoga Bermanfaat….
Post a Comment